Senin, 13 April 2015

Tuyul Part 1 (2015)

Tuyul Part 1 (2015)

          Dibanding mahkluk astral lokal lain, pesona Tuyul mungkin tidak seangker
 koleganya macam Sundel Bolong, Gendurowo atau Pocong yang bolak-balik mendapat tempat utama di perfilman Indonesia. 

Ya, kamu mungkin bisa menyalahkan wujudnya yang ‘imut’ menyerupai anak-anak itu, atau mungkin salahkan saja para sineas terdahulu yang membawanya ke ranah komedi gelap lengkap dengan segala dukungan cast pelawak-nya ketimbang murni horor. 
Jadi setelah puluhan tahun, Tuyul akhirnya kembali ke tempat utamanya lagi di slot horor lokal. Dan jika melihat trailernya, versi modern garapan Billy Christian ini jelas mencoba serius, setidaknya dalam cuplikan dua menitannya itu, ada usaha untuk membuat horor dengan teknis yang bagus.

      Terlepas urban legend menarik tentang dedemit legendaris yang diusunganya, Tuyul Part 1 sebenarnya tidak pernah berada jauh-jauh dari pakem horor standart, dalam  kasus ini ada sub-genre rumah hantu yang coba dipasangkan  Billy Christian dengan mitos Tuyul.




            Ada Mia (Dinda Kanya Dewi) dan  Daniel (Gandhi Fernando) pasangan suami-istri yang baru saja pindah ke rumah masa kecil Mia yang terletak di daerah kebun Teh, kebetulan lokasinya juga tidak jauh dari tempat Daniel yang dipindah tugaskan oleh bosnya untuk menangani proyek besar. Rumah itu milik ibu Mia yang telah meninggal. Sudah sejak lama Mia sebenarnya tidak pernah senang tinggal di sana. Baginya, bangunan tua itu selalu membuatnya bergedik ketika ia berada sendirian di sana, pun begitu dengan saat ini ketika ia untuk pertama kalinya sejak lulus SMU menginjakan kakinya kembali di tempat kelahirannya itu. 
Benar saja, ada rahasia mengerikan yang tanpa sengaja terbangun dari tidur lamanya, mimpi buruk yang kemudian meneror Mia dan keluarga kecilnya.

        Tidak adil rasanya membandingkan bagian pertama Tuyul yang diproyeksikan Billy Christian sebagai trilogi ini dengan horor esek-esek lokal lainnya. Tuyul meskipun judulnya mungkin terdengar sama noraknya, tetapi ia jelas punya kelas berbeda, setidaknya itu yang bisa kita lihat dari teknisnya. 
Ya, ada usaha untuk menyajikan Tuyul dengan kemasan yang lebih serius dan lebih rapi, tanpa harus menjual komedi garing dan adegan-adegan mesum. 
 Pakemnya sendiri memang tidak menawarkan sesuatu yang baru. 

 Formulanya masih berada di wilayah horor generik yang terlalu mengandalkan teror audio-visual basi dan kaget-kagetan usang plus beberapa adegan yang terlihat konyol dan bodoh. Lihat saja rentetan adegan seramnnya yang seperti masih tidak percaya diri ketika harus selalu ditemani dengan scoring horor ‘jrang-jreng’ berlebihan yang hasilnya membuat saya malah terdengar menganggu. 
Tetapi jujur saya suka dengan ide menangkat sosok Tuyul dan mistos di belakangnya ketimbang eksekusinya itu sendiri, apalagi kali ini sang Tuyul benar-benar digambarkan berwujud mengerikan lengkap dengan tubuh kecil pucat serta gumpalan semacam tumor besar di belakang kepalanya, tidak ketinggalan hal-hal mistis yang menyeratainya macam tukang curi uang dari alam gaib yang gemar bermain-main yu-yu (sejenis kepiting kecil). Ya, memang pada akhirnya kandungan plot misterinya tidak pernah menjadi terlalu tuntas dan mendalam, beberapa adegan tipuan via mimpi yang jumlahnya kelewat banyak juga menganggu, tetapi kita tidak bisa semerta-merta menyalahkan Billy Christian, Luvie Melat dan juga Gandhi Fernando yang juga menuliskan naskahnya, ini adalah proyek besar meliputi tiga film, jadi mungkin bisa dimaklumi jika kemudian narasinya tidak benar-benar solid, toh, seperti sub-judulnya, ini masih awal dari sebuah trilogi, apalagi dengan penampakan ending seperti itu, jelas ada sesuatu yang lebih besar menunggu di seri keduanya.

     Lemah di plotnya bukan berarti presentasi Billy Christian  ikutan buruk, malah dari segi visual ia terbilang digarap bagus. Baik outdoor dengan arial shot dari kamera drone maupun indoor yang memancarkan aura klaustrofobik mengacam sukses meneror dengan tone gelapnya sendiri. Secara keseluruhan bagian pertama Tuyul berhasil memancarkan kesan angker walaupun kadar horornya sendiri tidak terlalu seram, setidaknya Billy Christian tahu bagaimana membangun atsmofernya dengan cukup baik, terlebih penampilan apik Dinda Kanya Dewi banyak memberikan daya tarik dan kekuatan  tesendiri sebagai seorang istri dan calon ibu muda yang merasa insecure dengan kondisi rumahnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More