Dibanding mahkluk astral lokal
lain, pesona Tuyul mungkin tidak seangker
koleganya macam Sundel Bolong,
Gendurowo atau Pocong yang bolak-balik mendapat tempat utama di
perfilman Indonesia.
Ya, kamu mungkin bisa menyalahkan wujudnya yang
‘imut’ menyerupai anak-anak itu, atau mungkin salahkan saja para sineas
terdahulu yang membawanya ke ranah komedi gelap lengkap dengan segala
dukungan cast pelawak-nya ketimbang murni horor.
Jadi setelah puluhan
tahun, Tuyul akhirnya kembali ke tempat utamanya lagi di slot horor
lokal. Dan jika melihat trailernya, versi modern garapan Billy Christian ini jelas mencoba serius, setidaknya dalam cuplikan dua menitannya itu, ada usaha untuk membuat horor dengan teknis yang bagus.
Terlepas urban legend menarik tentang dedemit legendaris yang diusunganya, Tuyul Part 1
sebenarnya tidak pernah berada jauh-jauh dari pakem horor standart,
dalam kasus ini ada sub-genre rumah hantu yang coba dipasangkan Billy
Christian dengan mitos Tuyul.
Ada Mia (Dinda Kanya Dewi) dan Daniel
(Gandhi Fernando) pasangan suami-istri yang baru saja pindah ke rumah
masa kecil Mia yang terletak di daerah kebun Teh, kebetulan lokasinya
juga tidak jauh dari tempat Daniel yang dipindah tugaskan oleh bosnya
untuk menangani proyek besar. Rumah itu milik ibu Mia yang telah
meninggal. Sudah sejak lama Mia sebenarnya tidak pernah senang tinggal
di sana. Baginya, bangunan tua itu selalu membuatnya bergedik ketika ia
berada sendirian di sana, pun begitu dengan saat ini ketika ia untuk
pertama kalinya sejak lulus SMU menginjakan kakinya kembali di tempat
kelahirannya itu.
Benar saja, ada rahasia mengerikan yang tanpa sengaja
terbangun dari tidur lamanya, mimpi buruk yang kemudian meneror Mia dan
keluarga kecilnya.
Tidak adil rasanya membandingkan bagian
pertama Tuyul yang diproyeksikan Billy Christian sebagai trilogi ini
dengan horor esek-esek lokal lainnya. Tuyul meskipun judulnya
mungkin terdengar sama noraknya, tetapi ia jelas punya kelas berbeda,
setidaknya itu yang bisa kita lihat dari teknisnya.
Ya, ada usaha untuk
menyajikan Tuyul dengan kemasan yang lebih serius dan lebih
rapi, tanpa harus menjual komedi garing dan adegan-adegan mesum.
Pakemnya sendiri memang tidak menawarkan sesuatu yang baru.
Formulanya masih berada di wilayah horor generik yang terlalu
mengandalkan teror audio-visual basi dan kaget-kagetan usang plus
beberapa adegan yang terlihat konyol dan bodoh. Lihat saja rentetan
adegan seramnnya yang seperti masih tidak percaya diri ketika harus
selalu ditemani dengan scoring horor ‘jrang-jreng’ berlebihan
yang hasilnya membuat saya malah terdengar menganggu.
Tetapi jujur saya
suka dengan ide menangkat sosok Tuyul dan mistos di belakangnya
ketimbang eksekusinya itu sendiri, apalagi kali ini sang Tuyul
benar-benar digambarkan berwujud mengerikan lengkap dengan tubuh kecil
pucat serta gumpalan semacam tumor besar di belakang kepalanya, tidak
ketinggalan hal-hal mistis yang menyeratainya macam tukang curi uang
dari alam gaib yang gemar bermain-main yu-yu (sejenis kepiting
kecil). Ya, memang pada akhirnya kandungan plot misterinya tidak pernah
menjadi terlalu tuntas dan mendalam, beberapa adegan tipuan via mimpi
yang jumlahnya kelewat banyak juga menganggu, tetapi kita tidak bisa
semerta-merta menyalahkan Billy Christian, Luvie Melat dan juga Gandhi
Fernando yang juga menuliskan naskahnya, ini adalah proyek besar
meliputi tiga film, jadi mungkin bisa dimaklumi jika kemudian narasinya
tidak benar-benar solid, toh, seperti sub-judulnya, ini masih awal dari
sebuah trilogi, apalagi dengan penampakan ending seperti itu, jelas ada
sesuatu yang lebih besar menunggu di seri keduanya.
Lemah di plotnya bukan berarti
presentasi Billy Christian ikutan buruk, malah dari segi visual ia
terbilang digarap bagus. Baik outdoor dengan arial shot dari kamera drone maupun indoor yang memancarkan aura klaustrofobik mengacam sukses meneror dengan tone gelapnya sendiri. Secara keseluruhan bagian pertama Tuyul
berhasil memancarkan kesan angker walaupun kadar horornya sendiri tidak
terlalu seram, setidaknya Billy Christian tahu bagaimana membangun
atsmofernya dengan cukup baik, terlebih penampilan apik Dinda Kanya Dewi
banyak memberikan daya tarik dan kekuatan tesendiri sebagai seorang
istri dan calon ibu muda yang merasa insecure dengan kondisi rumahnya.
0 komentar:
Posting Komentar