Belum lama ini, Konami baru saja selesai mengadakan
Winning Eleven 2015 Asia Tournament dimana babak finalnya berlangsung
pada tanggal 22 Maret di Seoul, Korea Selatan. Dan dimenangkan oleh Hong Kong. Tetapi yang mengejutkan ternyata meski ditujukan untuk wilayah Asia, Indonesia tidak bisa ikut dalam turnamen tersebut.
Konami hanya membuka turnamen tersebut untuk wilayah
Singapura, Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, dan Hong Kong saja. Tentunya
gamers di Indonesia, dan juga negara Asia lainnya, cukup kecewa karena
tidak bisa membuktikan kemampuan mereka. Karena penasaran, komunitas Winning Eleven Asia,
dimana komunitas gamer Indonesia juga tergabung di sana, mencoba
mencari tahu kenapa beberapa negara Asia tidak bisa ikutan turnamen
tersebut.
Berdasarkan informasi yang di dapat, sebab Indonesia tidak
bisa ikut turnamen dikarenakan digunakannya game Pro Evolution Soccer
2015 (Region 2), bukan Winning Eleven 2015 yang dibuat Konami khusus
region Asia Tenggara (Region 3). Padahal kedua game tersebut tidak ada
bedanya, hanya ada beberapa perbedaan saja seperti adanya J-League untuk Winning Eleven 2015 versi Jepang.
Saat ini, versi yang populer di Indonesia adalah Pro
Evolution Soccer (versi region 2 dari WE), sedangkan Winning Eleven
sangat sulit ditemukan di pasaran. Melihat hal ini, Konami Asia selaku
penyelenggara turnamen, dan yang merilis Winning Eleven untuk area
bersangkutan, melihat negara-negara tersebut tidak dimasukkan ke dalam
turnamen tingkat Asia dikarenakan tidak ada komunitas “Winning Eleven.”
Sebenarnya cukup disayangkan hal ini bisa terjadi, padahal
pemain PES/WE di Indonesia cukup banyak dan memiliki komunitas yang
kuat. Mari kita coba telusuri kenapa PES lebih laku daripada WE di
Indonesia.
Awalnya, nama “Winning Eleven” memang lebih populer di
Indonesia sejak jaman PS1 dan PS2, dikarenakan banyaknya game “WE” yang
di “hack” menjadi bahasa Inggris hingga bahasa Indonesia ; menggunakan
nama asli pemain (seri WE tidak didukung oleh lisensi resmi FIFA).
Tetapi mulai di era PS3, Pro Evolution Soccer lebih populer karena game
ini dari sananya sudah berbahasa Inggris, ketimbang WE yang saat itu
sempat tidak ada versi region Asianya. Adanya fitur update nama pemain
di beberapa tim internasional, membuat banyak pemain WE mulai membeli
game original karena fitur update dan online match.
Nah, “kebiasaan” tersebut berlanjut hingga saat ini (era
PS4) yang membuat toko-toko game di Indonesia lebih memilih untuk
menjual Pro Evolution Soccer daripada Winning Eleven, ditambah lagi
dengan fakta kalau sekarang sulit sekali mencari Winning Eleven terbaru
versi region 3 di Indonesia.
Dulu, Winning Eleven memang khusus untuk Jepang saja.
Tetapi, sekarang Winning Eleven dirilis untuk wilayah Asia juga.
Sayangnya, beberapa game versi Asia kadang suka hadir lebih mahal
dikarenakan ada tambahan lokalisasi bahasa Mandarin dan negara Asia
lainnya. Lokalisasi tersebut tentunya memerlukan biaya, yang pada
ujungnya membuat versi Asia menjadi lebih mahal.
Sebenarnya sangat disayangkan sekali apabila alasan Konami
Asia tidak memasukkan Indonesia dan negara-negara Asia lainnya hanya
karena penjualan “Winning Eleven” yang kurang memuaskan sehingga
terlihat tidak ada komunitasnya.
Menurut Adi Hartono, admin grup “Winning Eleven Asia” di
Facebook yang berjumlah lebih dari 1100 orang aktif dari beberapa negara
di Asia, jumlah anggota dari Indonesia lebih dari 50%. Sayangnya walau
memiliki jumlah mayoritas, gamers Indonesia di group ini tidak diakui
dan tidak bisa mengikuti turnamen ofisial Konami hanya karena game
mereka “salah region”.
“Satu2nya cara, kita harus kampanye pemakaian WE, bukan PES
lagi, karena Konami as a business pasti mikir, ini negara pantes kita
hitung atau kagak. Untuk sekarang kita di Indonesia enggak bisa ikutan,
tapi kalo penjualan WE di Indo membaik, aku yakin bisa.” ujar Adi yang
ternyata mendapatkan ide untuk membuka komunitas WE di FB setelah
membaca artikel VGI.
0 komentar:
Posting Komentar