Minggu, 29 Maret 2015

Nada Untuk Asa (2015)

    Sungguh malang nian nasib Nada (Marsha Timothy), tidak hanya harus bersedih karena ditinggal mati suaminya, Bobby (Irgi Fahrezi) janda cantik beranak tiga ini juga harus menerima kenyataan luar biasa pahit ketika mengetahui rahasia kelam Bobby yang ternyata meninggal dunia akibat HIV/AIDS setelah sebelumnya berselingkuh dengan wanita lain. Belum cukup sampai di situ saja, untuk melengkapi penderitaannya, Bobby rupanya telah ‘mewariskan’ virus mematikan itu kepada Nada dan juga putri bungsu mereka, Asa. Sudah ditinggal pergi suami selama-lamanya, tertular HIV pula, dan seperti belum cukup, bak sudah jatuh tertimpa tangga tertimpa atap pula, keluarga Nada yang notabene merupakan keluarga memilih untuk menjauh pasca mengetahui dirinya “kotor”.

Dengan premis yang ditawarkannya, tentu saja dengan mudah kita akan mencap Nada Untuk Asa akan berakhir menjadi sebuah drama cengeng. Ya, memang sulit untuk menampik itu, Nada Untuk Asa kenyataannya memang cengeng, lihat saja konfliknya, lihat saja Marsha Timothy yang nyaris terus mewek di sepanjang film, tetapi tunggu dulu, meskipun menawarkan premis drama tearjerker, sutradara Charles Gozali (Finding Srimulat) tidak pernah memperlakukannya sampai serendah itu. Dipresentasikan dengan alur maju mundur dinamis yang perlahan namun pasti menyatukan dua era berada, Nada Untuk Asa tidak menjual dialog menye-menye, tidak ada momen sentimentil berlebih meskipun terkadang scoring lembutnya sesekali mencoba menggoda. Sebaliknya, Nada Untuk Asa menawarkan sebuah kisah inspiratif yang diisi dengan semangat untuk hidup yang begitu besar dan bagaimana  mentertawakan kesedihan dengan caranya sendiri.

Jikapun penontonnya sampai harus mewek itu bukan hanya karena konfliknya semata, namun juga bagaimana setiap cast-nya mampu tampil solid membawakan karakternya dengan sangat baik, misalnya seperti apa yang sudah dilakukan Marsha Timothy. Ya, aktris cantik yang juga istri dari aktor Vino G. Bastian ini tampil dalam performa terbaiknya, begitu sangat menjiwai peran Nada. Kesedihan dan rasa depresinya begitu terasa disetiap adegan, menebarkan aura kelam disetiap air mata yang dikeluarkannya, ia seperti mewakili babak suram di Nada Untuk Asa. Sebaliknya, didapuk menjadi tokoh Asa dewasa, Acha Septriasa memancarkan kecerian dan ketegaran luar biasa dari seorang anak manusia yang membawa ‘bom waktu’ seumur hidupnya, lihat saja bagaimana ia menghadapi penolakan di lingkungannya. Sementara di sisi lain Charles Gozali juga memberi sisi insecure pada Asa terutama ketika ia kedatangan karakter Wisnu (Darius Sinathrya), penulis mudah kharismatik yang datang dengan membawa cinta dan harapan begitu besar yang bak mimpi di siang bolong bagi dirinya. Baik Marsha Timothy maupun Acha Septriasa memang tampil solid, Tetapi kalau mau jujur, kehadiran ‘sekelebat’ Wulan Guritno lah bisa dibilang penampilan yang paling ‘nendang’ di sini.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More